watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Sahabatku menghamili aku

“Yantoo … aku hamil !!!” Teriakku di telepon kepada
sahabatku Yanto yang sedang ada di rumah
mertuanya di Jakarta.
Ditanganku saat itu ada hasil pemeriksaan USG yang
menunjukkan gambar janin berumur 10 minggu
yang sehat. Keputusanku untuk di USG sebenarnya
bukan untuk melihat janin ini tetapi untuk
memeriksa perutku karena beberapa minggu ini aku
merasa sering mual-mual dan tidak sembuh-
sembuh dengan obat-obatan biasa. Aku tidak
menyangka hubungan badanku dengan Yanto akan
membuatku hamil dengan cepat, padahal hubungan
badan pertamaku dengan Yanto baru menginjak
bulan ke-3.
Namaku Lani, seorang dokter di Bandung yang
sedang mengambil spesialisasi mata saat cerita ini
terjadi. Umurku saat itu sekitar 36 tahun dan
berstatus janda cerai dengan satu anak perempuan
ABG. Mantan suamiku juga dokter ahli penyakit
dalam yang belakangan aku ketahui punya kelainan
sex, yaitu bisex (suka perempuan dan laki-laki).
Sehingga karena tidak tahan akhirnya aku minta
cerai setelah ayahku meninggal.
Perceraian dan kehilangan ayah membuat aku
menjadi gamang, apalagi bagiku ayahku adalah
segala-galanya. Kegamanganku itu rupanya terbaca
dan dimanfaatkan oleh dokter NL, seorang dokter
senior yang sangat dihormati di kotaku yang juga
sekaligus menjadi dosen pembimbing program
spesialisku. Dengan pendekatan kebapakannya dia
akhirnya bisa membawaku ke ranjangnya tanpa
banyak kesulitan. Affair kami awalnya berlangsung
cukup panas karena kami punya banyak
kesempatan bersama untuk melakukannya di
manapun kami ingin, seperti di tempat praktek, di
rumah sakit, di rumah dokter NL (saat ada istrinya)
bahkan di dalam pesawat kecil (dokter NL ini adalah
juga seorang pilot).
Karena alasanku berhubungan dengannya adalah
untuk mengisi kekosongan sosok seorang ayah,
maka aku pada awalnya tidak begitu peduli dengan
kualitas hubungan seks yang aku dapat yaitu
jarangnya aku mendapat orgasme. Hubungan kami
inipun tidak pernah membuatku sampai hamil
walaupun kami sering melakukannya pada periode
suburku tanpa pengaman. Karena perbedaan umur
yang cukup jauh, pelan-pelan aku mulai ada rasa
bosan setiap kali berhubungan badan dengan
pembimbingku ini. Apalagi kedekatanku dengan
dokter NL ini membuatku mulai dijauhi oleh teman-
teman kuliahku yang secara tidak langsung mulai
menghambat program spesialisasiku.
Akhirnya pada suatu acara reuni kecil-kecilan
SMAku, aku bertemu lagi dengan sahabat-sahabat
lamaku, termasuk Yanto. Aku dan Yanto sebenarnya
sewaktu di SMA bersahabat sangat dekat sehingga
beberapa teman menganggap kami pacaran. Tapi
setelah lulus SMA, Yanto memilih untuk berpacaran
dengan sahabatku yang lain yang kemudian
menjadi istrinya.
Kalau sebelumnya aku lebih sering berhubungan
dengan istrinya Yanto, bahkan kedua anak kami juga
bersahabat. Tapi setelah acara reuni itu, aku juga
menjadi sering bekomunikasi kembali dengan
Yanto, baik lewat telepon maupun SMS. Akhirnya
Yanto menjadi teman curhatku, termasuk masalah
affairku dengan dokter NL dan entah kenapa aku
menceritakannya dengan detail sampai ke setiap
kejadian. Yanto adalah pendengar yang baik dan dia
sama sekali tidak pernah langsung menghakimi apa
yang telah kulakukan, terutama karena tahu persis
latar belakangku. Komunikasiku dengan Yanto
sebagian besar sepengetahuan istrinya, walaupun
detailnya hanya menjadi rahasia kami berdua.
Kalau aku sudah suntuk teleponan, kadang-kadang
dia mengajakku jalan-jalan untuk ngobrol langsung
sehingga pelan-pelan aku mulai bisa melupakan
afairku dengan dokter NL dan mencoba membina
hubungan yang baru dengan beberapa laki-laki yang
dikenalkan oleh teman-temanku. Sayangnya aku
sering kurang merasa sreg dengan mereka,
terutama karena mereka tidak bisa mengerti
mengenai jam kerja seorang dokter yang sedang
mengambil kualiah spesialisnya.
Lagi-lagi kalau ada masalah dengan teman-teman
priaku ini aku curhat kepada Yanto yang sebagai
anak seorang dokter Yanto memang juga bisa
memahami kesulitanku dalam mengatur waktu
dengan mereka.
Hingga pada suatu siang aku mengajak Yanto untuk
menemaniku ke rumah peristirahatan keluargaku di
Lembang yang akan dipakai sebagai tempat reuni
akbar SMAku. Aku ingin minta saran Yanto tentang
bagaimana pengaturan acaranya nanti disesuaikan
dengan fasilitas yang tersedia di sana. Seperti biasa
sepanjang jalan kita banyak ngobrol dan bercanda,
tapi entah kenapa obrolan dan canda kita berdua kali
ini sering menyinggung seputar pengalaman dan
fantasi dalam hubungan seks masing-masing.
Sekali-sekali kita juga bercanda mengenai “perabot”
kita masing-masing dan apa saja yang suka
dilakukan dengan “perabot” itu saat bersetubuh.
Entah kenapa dari obrolan yang sebenarnya lebih
banyak bercandanya ini membuat aku mulai sedikit
terangsang, putingku kadang-kadang mengeras dan
vaginaku mulai terasa sedikit berlendir. Waktu aku
lirik celananya Yanto juga terlihat lebih menonjol
yang mungkin karena penisnya juga berereksi.
Dalam pikiranku mulai terbayangkan kembali
beberapa hubungan badan di masa lalu yang paling
berkesan kenikmatannya.
Tanpa terasa akhirnya kami sampai di rumah
peristirahatan keluargaku, perhatianku jadi teralihkan
untuk memberi pesan-pesan kepada mamang
penjaga rumah dan tukang kebun yang ada di sana
untuk mempersiapkan rumah tersebut sebelum
akhirnya membawa Yanto berkeliling rumah. Seperti
waktu SMA dulu, obrolan kami kadang-kadang
diselingi dengan saling bergandengan tangan, saling
peluk dan rangkul atau sekedar mengelus-elus
kepala dan pipi.
Setelah selesai berkeliling kami kembali ke ruang
tengah yang mempunyai perapian yang biasa
dipakai menghangatkan ruangan dari udara malam
Lembang yang cukup dingin. Di sana Yanto kembali
memeluk pinggangku dengan kedua tangannya dari
depan sehingga kami dalam posisi berhadapan.
Pelukannya itu aku balas dengan memeluk leher dan
bahunya sehingga kami terlihat seperti pasangan
yang sedang berdansa.
“Mmmmpppphhhh ……” Yanto tiba-tiba memangut
bibirku lalu mengulumnya dengan hangat dan
lembut.
Walaupun saat itu aku benar-benar kaget, tapi entah
kenapa aku merasa senang karena dicium oleh
orang yang aku anggap sangat dekat denganku.
Dengan jantungku berdebar aku kemudian
memberanikan diri untuk membalas ciumannya
sehingga kami berciuman cukup lama dengan
diselingi permainan lidah ringan.
“Ahhh…….” Tanpa sadar aku mendesah saat ciuman
perdana kami itu akhirnya berakhir.
Sesaat setelah bibir kami lepas, aku masih
memejamkan mata dengan muka sedikit
menengadah dan bibir yang setengah terbuka untuk
menikmati sisa-sisa ciuman tadi yang masih begitu
terasa olehku. Aku baru tersadar setelah Yanto
menaruh telunjuknya dibibirku yang sedang terbuka
dan memandangku dengan lembut sambil
tersenyum. Kemudian dia menarik kepalaku ke
dadanya sehingga sekarang kami saling berpelukan
dengan eratnya. Jantungku semakin berdebar dan
nafasku mulai tidak teratur, ciuman tadi telah
membangkitkan “kebutuhanku” akan kehangatan
belaian laki-laki.
Tanpa menunggu lama, aku mengambil inisiatif
untuk melanjutkan ciuman kami dengan memangut
bibir Yanto lebih dulu setelah melakukan beberapa
kecupan kecil pada lehernya. Kali ini aku
menginginkan ciuman yang lebih “panas” sehingga
tanpa sadar aku memangut bibirnya lebih agresif.
Yanto langsung membalasnya dengan lebih ganas
dan agresif, lidahnya langsung menjelahi mulutku,
membelit lidahku dan bibirnya melumat bibirku.
Ciuman yang bertubi-tubi dan berbalasan membuat
tubuh kami berdua akhirnya kehilangan
keseimbangan hingga jatuh terduduk di atas sofa.
Tangan Yanto mulai bergerilya meremas-remas
buah dadaku, mula-mulai masih dari luar baju
kaosku tapi tak lama kemudian tangannya sudah
masuk ke dalam kaosku. Kedua cup-BHku sudah
dibuatnya terangkat ke atas sehingga kedua buah
dadaku dengan mudah dijangkaunya langsung. Jari-
jarinya juga dengan sangat lihai dalam
mempermainkan putting buah dadaku. Bibir Yanto
juga mulai menciumi leher dan kedua kupingku
sehingga menimbulkan rasa geli yang amat sangat.
Terus terang dengan aksi Yanto itu aku menjadi
sangat terangsang dan membankitkan keinginanku
untuk bersetubuh. Maklum sejak putus dengan
dosen pembimbingku praktis aku tidak pernah lagi
tidur dengan laki-laki lain. Aku saat itu sudah sangat
berharap Yanto segera memintaku untuk
bersetubuh dengannya atau meningkatkan
agresifitasnya ke arah persetubuhan.
Aku rasakan vaginaku sudah sangat basah dan aku
mulai sulit berpikir jernih lagi karena dikendalikan
oleh berahi yang semakin memuncak. Sebaliknya
Yanto kelihatan masih merasa cukup dengan
mencium meremas buah dadaku saja yang
membuat aku semakin tersiksa karena semakin
terbakar oleh nafsu berahiku sendiri.
“To, kamu mau ga ML sama aku sekarang ?” Kata-
kata itu meluncur begitu saja dengan ringan dari
mulutku di mana dalam kondisi biasa sangat tidak
mungkin aku berani memulainya.
Hanya dengan melihat Yanto menjawabnya dengan
anggukan sambil tersenyum, aku langsung
meloncat dari sofa dan berdiri di hadapan Yanto
sambil melepas kaos atas dan BHku dengan
terburu-buru. Melihat itu, Yanto membantuku
dengan melepas kancing dan risleting celana jeansku
sehingga memudahkanku untuk
mempelorotkannya sendiri ke bawah. Yanto sekali
lagi membantuku dengan menarik celana dalamku
sampai terlepas hingga membuat tubuhku benar-
benar telanjang bulat tanpa ada lagi yang menutupi.
Tanpa malu-malu, aku kemudian menubruk Yanto
di sofa untuk kemudian duduk dipangkuannya
dengan posisi kedua kakiku mengangkangi kakinya.
Kami lalu berciuman lagi dengan ganasnya sambil
kedua tangan Yanto mulai meraba-raba dan
meremas-remas tubuh telanjangku sebelah bawah..
“Akkhhhhhh ….” Aku menjerit pendek saat Yanto
memasukkan jari tangannya ke dalam liang
senggama dari vaginaku yang sudah mengangkang
di pangkuannya.
Tanpa menunggu lama mulut Yanto juga langsung
menyambar putting payudaraku membuat badanku
melenting-lenting kenikmatan yang sudah lama tidak
kunikmati. Yanto semakin agresif dengan
memasukkan dua jarinya untuk mengocok-ngocok
liang senggamaku yang membuat gerakan badanku
semakin liar.
Gerakanku yang sudah makin tidak terkendali
rupanya membuat Yanto kewalahan, lalu dengan
perlahan dia mendorongku untuk rebah di karpet
tebal yang terhampar di bawah sofa. Kemudian
dengan tenang Yanto mulai membuka bajunya satu
persatu sambil mengamati tubuh telanjangku
dihadapannya yang menggelepar gelisah oleh
berahiku yang sudah sangat memuncak. Melihat
Yanto memandangiku seperti itu, apalagi dengan
masih berpakaian lengkap, tiba-tiba aku menjadi
sangat malu sehingga aku raih bantal terdekat untuk
menutupi muka dan dadaku sedangkan pahaku aku
rapatkan supaya kemaluanku tidak terlihat Yanto lagi.
Sesaat kemudian aku merasakan Yanto membuka
pahaku lebar-lebar dan tanpa menunggu lama-lama
kurasakan penisnya mulai melakukan penetrasi.
BLESSSSSS ……kurasakan penis Yanto meluncur
dengan mulus memasuki liang senggamaku yang
sudah becek sampai hampir menyentuh leher
rahimku.
“Uhhhhhhmmmm ….” Aku mengeluarkan suara
lenguhan dari balik bantal menikmati penetrasi
pertama dari penis sahabatku yang sudah aku kenal
lebih dari 20 tahun.
“Katanya tadi mau ngajak ML ….” Kata Yanto sambil
mengambil bantal yang kupakai menutupi mukaku
sambil tersenyum menggoda.
“Sok atuh dimulai saja ….” Jawabku sekenanya
dengan muka memerah karena masih malu
CROK … CROK … CROK …CROK …. CROK … ayunan
penis Yanto langsung menimbulkan bunyi-bunyian
dari cairan vaginaku.
Yanto mengait kedua kakiku dengan tanganya
sehingga mengangkang dengansangat lebar untuk
membuatnya lebih leluasa menggerakkan
pinggulnya dalam melakukan penetrasi selanjutnya.
“Yantooo…..ohhhh…ahhhhh….. nikmat sekali …
yantooo….” Aku mulai meracau kenikmatan.
Kedua kakiku kemudian dipindah ke atas bahu Yanto
sehingga pinggulku lebih terangkat, sedangkan
Yanto sendiri badannya sekarang menjadi setengah
berlutut. Posisi ini membuat sodokan penis Yanto
lebih banyak mengenai bagian atas dinding liang
senggamaku yang ternyata mendatangkan
kenikmatan luar biasa yang belum pernah aku dapat
dari laki-laki yang pernah meniduriku sebelumnya.
“Adduuhhh …. enak sekali … ooohhh…. … kontolnya
….tooo…..kontolmu enak sekaliii …” aku mulai
meracau dengan pilihan bahasa yang sudah tidak
terkontrol lagi.
Aku lihat posisi Yanto kemudian berubah lagi dari
berlutut menjadi berjongkok sehingga dia bisa
mengayun penisnya lebih panjang dan lebih
bertenaga. Badanku mulai terguncang-guncang
dengan cukup keras oleh ayunan pinggul Yanto.
Ayunan penisnya yang panjang dan dalam seolah-
olah menembus sampai ke dalam rahimku secara
terus menerus sampai akhirnya aku mulai mencapai
orgasmeku.
“Yanntooooooo ….. aaaak …kkk…kuu…udd…da…
aahh…mmaau… dddaaapaaat …” kata-kataku jadi
terputus-putus karena guncangan badanku.
Yanto merespon dengan mengurangi kecepatan
ayunan penisnya sambil menurunkan kakiku dari
bahunya.
“Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh …….”
Akhirnya gelombang orgasmeku datang bergulung-
gulung, bola mataku terangkat sesaat ke arah atas
sehingga tinggal putih matanya saja dan kedua
tanganku meremas-remas buah dadaku sendiri.
Yanto memberikan kecupan-kecupan kecil saat
nafasku masih terengah-engah sambil tetap
memaju mundurkan dengan pelan penisnya yang
masih keras menunggu aku siap kembali karena dia
sendiri belum sampai ejakulasi. Setelah nafasku
mulai teratur, aku peluk Yanto lalu kami berciuman
dengan penuh gairah dan kepuasan untuk babak ke
satu ini.
“Lani, aku boleh minta masuk dari belakang ?”
Bisiknya ditelingaku
“Tentu saja sayang, kamu boleh minta apa saja dari
aku …” Aku menjawab sambil tersenyum manis
padanya.
Yanto dengan hati-hati bangun dari atas tubuhku
sampai berlutut, kemudian dengan pelan-pelan dia
cabut penisnya dari vaginaku.
“Uhhhhhhhh ….” Aku medesah karena merasa geli
bercampur nikmat saat penisnya dicabut.
Aku lihat penis Yanto masih mengacung keras dan
sedikit melengkung ke atas, batang penisnya yang
penuh dililit urat-urat terlihat sangat basah oleh
cairan vaginaku. Karpet yang tepat di bawah
selangkanganku juga sangat basah oleh cairanku
yang langsung mengalir ke karpet tanpa terhalang
bulu-bulu kemaluanku. Vaginaku memang hanya
berbulu sedikit seperti anak-anak gadis yang baru
mau puber, itupun hanya ada di bagian atas dekat
perutku, sehingga aku tidak perlu repot-repot lagi
mencukurnya.
“Ayo Lan, balikkan tubuh kamu” Pinta Yanto padaku
Setelah berhasil mengankat tubuhku sediri, aku lalu
membalikkan badan untuk mengambil posisi
menungging sebagai persiapan melakukan
persetubuhan doggy style sesuai permintaannya
tadi. Aku rasakan Yanto medekat karena penisnya
sudah terasa menempel di belahan pantatku dekat
liang anus. Posisi kedua kakiku dia betulkan sedikit
untuk mempermudahnya melakukan penetrasi.
BLESSSSS ………………... untuk kali kedua penisnya
masuk ke dalam liang senggamaku dengan mulus
“OOOOOHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH
…………” Aku melenguh dengan kerasnya mengikuti
masuknya penis tersebut.
Kurasakan penis Yanto mulai bergerak maju
mundur, bukan hanya karena gerakan pinggulnya
saja tapi juga karena dengan tangannya Yanto juga
menarik dan mendorong pinggulku sesuai dengan
arah gerakan penisnya dia sehingga aku seperti
“ditabrak-tabrak” oleh penisnya.
“Aaaarkkkhhh….aaaarrrrrkkkkkhhhh ….aaarrrkkkhhh
“ Aku terus-terusan mengerang kenikmatan
PLEK … PLEK … PLEK … PLEK … terdengar suara
pantatku yang beradu dengan pahanya Yanto.
“AUUUUUHHHHHHH…..AHHHHHHHHH
…..OOOUUUUUUUHHHHH” Aku mulai melolong-
lolong dengan kerasnya.
TREK … tiba-tiba kudengar suara pintu yang dibuka.
“Neng Lani … ada apa Neng ?”
Aku mendengar suara penjaga rumahku bertanya
dengan suara gugup. Rupanya dia dikagetkan saat
mendengar lolonganku tadi yang membawanya
datang kemari, tapi akhirnya menjadi lebih kaget lagi
setelah melihat majikannya sedang disetubuhi oleh
tamunya. Lagi pula siapa yang menyangka kami
akan nekat bersetubuh siang hari bolong di ruang
keluarga yang terbuka dan masih ada penghuni
rumah lainnya.
“Ga ada apa-apa kok Pak, saya sedang mijetin Neng
Lani nih …”
Kudengar Yanto menjawab dengan tenang tanpa
ada nada kaget atau gugup seolah-olah tidak terjadi
apa-apa, bahkan tanpa menghentikan pompaan
penisnya. Hanya kecepatannya saja dikurangi
sehingga tidak terdengar lagi bunyi-bunyian heboh
yang berasal dari beradunya kemaluan-kemaluan
kami
“Ahhhh …aaaahhh …auhhhhh …”
Aku tetap tidak mampu menahan erangan nikmatku
walaupun aku sangat kaget kepergok sedang
bersetubuh oleh Mamang penjaga rumah yang
sudah megenalku sejak kecil
“Aa..aduh punten Neng Lani … punten Agan …
Mamang tidak tahu Agan-agan sedang sibuk begini,
Mamang tadi takut ada apa-apa denger suara Neng
Lani seperti menjerit” Lanjutnya dengan muka pucat
setelah sadar apa yang dilihatnya.
“Ya sudah pak, Neng Lani juga ga apa-apa kok”
Kudengar jawaban Yanto
“Yaaa Mmmaammang … sayaa gaaaa apa-apa
ko..ok….dududddduuuhhhh….ahhhhh ….shhhhh “
Aku coba bantu menjawab tanpa melihat ke
arahnya tapi malah jadi bercampur desahan karena
aku benar-benar sedang dalam kendali kenikmatan
dari gerakan penis Yanto.
“Nuhun upami kitu mah, mangga atuh Neng …
mangga Agan … mangga lajengkeun deui, Mamang
mah mau ke belakang lagi” kata Mamang sebelum
kemudian berlalu menghilang di balik pintu.
PLEK … PLEK … PLEK …PLEK …PLEK …Yanto kembali
menggenjot penisnya dengan kecepatan penuh
“Addduuuuhh….duhhh…terussss….terrruussss
…..arrrrkkkkhhhh “ Aku kembali menjerit-jerit dan
bahkan mungkin lebih keras lagi dari sebelumnya
CROK … CROK …CROK … CROK….CROK …cairan
vaginaku mulai membanjir lagi, sebagian ada
mengalir turun lewat kedua pahaku sebagian lagi
ada yang naik melalui belahan pantatku karena
terpompa oleh penis Yanto. Kepergok oleh penjaga
rumah sedang bersetubuh memang menegangkan,
tapi sekaligus membuat aku semakin terangsang
setelah melihat sendiri Yanto bisa mengatasinya
dengan tenang.
“Geliiiiii …. Aduuuhh…geli sekaliiiii….uuuhhhhhh
….oohhhhhh….Yantoo….geliii …“ Teriakku saat jari-
jari Yanto mulai mempermainkan liang duburku
yang telah basah oleh cairan dari vaginaku.
“Sakkkiiiiit ….addudduuuh …. Sakitt….aarrrkkkhhhhh
….” Jeritku ketika Yanto malah memasukkan jari
tangannya ke dalam liang duburku setelah dilumasi
cairan vaginaku terlebih dahulu. Saking sakitnya aku
sampai mencoba mengulurkan tangan kananku ke
arah duburku untuk menepis tangannya tapi tidak
berhasil.
Tapi seperti waktu pertama kali vaginaku diperawani
oleh mantan suamiku dulu, rasa sakit itu lama-lama
hilang dan berganti menjadi rasa nikmat yang
sangat berbeda. Walaupun tidak senikmat penis
Yanto yang ada di liang senggamaku, tapi tambahan
gerakan jarinya di liang duburku mulai membuatku
semakin bergairah.
Tiba-tiba kurasakan gerakan Yanto menjadi tidak
teratur lagi, penisnya seperti berdenyut-denyut di
dalam liang senggamaku sedangkan nafasnya
seperti ditahan-tahan. Mungkin Yanto akan
ejakulasi ? Memikirkan hal itu, aku menjadi tambah
bergairah menuju orgasmeku yang kedua.
“Lan… Lani…sepertinya aku sudah akan keluarrrr ….
“ Kata Yanto dengan sedikit tertahan
“T…ttung…ggguu sebentar lagi To …. Lani juga sss
… sudah …hhhaampir dapppatt lagi” Aku berharap
bisa orgasme barengan pada saat Yanto ejakulasi,
saat itu tangan kananku sudah kupakai menggesek-
gesek klitorisku sendiri.
“Ahhhhh …” aku menjerit tertahan saat Yanto
mencabut tangannya dari liang duburku
Yanto sekarang memakai kedua tangannya itu untuk
menahan pinggulku sambil menekan-nekankan
penisnya yang berdenyut makin kencang.
“LANIIIIII …ga bisa aku tahan lagi ….
aaaarrkkkkhhhhhhhhhhhhhhhh” Yanto mengerang
tertahan saat ejakulasi
SSSSSRRRRTTT….SSSSRRRTTTT….SSSSRRRRT…
cccrrtt…cccrrr…cccrrtt… aku merasakan ada tiga kali
semburan kuat dalam liang senggamaku diikuti
belasan semburan kecil. Semburan air mani yang
hangat akhirnya membuat aku juga segera
mendapatkan orgasmeku yang kedua.
“Yantooo…. Nikmat sekali ….aaaakkkkhhhhh ……
duuuuhhh …. benar benar kamu nikmat” aku mulai
meracau dengan suara pelan karena sudah sangat
lemas.
Walaupun penis Yanto masih terasa keras setelah
ejakulasi, badanku sudah terlalu lemas untuk bisa
menahan tubuhku sendiri dalam posisi
menungging. Aku pasrah saja ketika Yanto
membalikkan badanku tanpa melepaskan penisnya
dari tubuhku. Walaupun kami bersetubuh cukup
lama, tapi tidak banyak keringat yang keluar
dikarenakan udara Lembang yang cukup sejuk, tapi
aku lihat tubuh Yanto tetap agak berkilat oleh
keringatnya sendiri.
Kami kemudian berciuman dan berpelukan lagi
dengan mesra, tidak pernah terlintas dalam
pikiranku sampai pagi tadi sebelum berangkat ke sini
bahwa aku akan bersetubuh dengan sahabat
dekatku sendiri. Tapi aku hampir tidak ada rasa
menyesal telah melakukannya, padahal waktu aku
pertama kali disetubuhi dosen pembimbingku ada
rasa menyesal yang cukup dalam.
“Lani, kamu bisa menikmatinya sayang ?” Yanto
berbisik di telingaku
“Enak sekali To, baru kali ini aku merasakan nikmat
yang luar biasa ” Jawabku dengan lembut “ Terima
kasih ya To”
Yanto membalasnya dengan kembali memangut
bibirku dengan lembut di sisi lain aku merasakan
Yanto mulai menggerakkan penisnya maju mundur
lagi walaupun masih dengan perlahan. Saat itu aku
sudah sangat kelelahan dengan persetubuhan dua
babak tadi sehingga tidak siap untuk melanjutkan ke
babak berikutnya.
“To, aku udah kecapean sekarang … kalau kamu
masih mau lagi, kita lanjutkan setelah aku istirahat
sebentar. Boleh kan ya sayang ?” Aku coba menolak
Yanto melanjutkan niatnya dengan sehalus
mungkin.
Yanto rupanya bisa mengerti dan menghentikan
gerakan penisnya, sebagai gantinya aku melakukan
kontraksi pada otot-otot vaginaku untuk “meremas-
remas” penis Yanto yang masih keras saja sampai
sekarang walaupun sudah berejakulasi. Dia
kelihatannya sangat menikmatinya sampai akhirnya
berejakulasi lagi walaupun semprotannya jauh lebih
lemah dan lebih sedikit dari yang pertama.
“Uuuuuuuuhhhhhh ….” Aku kembali melenguh saat
Yanto menarik penisnya yang mulai melunak.
Kami kemudian melanjutkan obrolan kami tanpa
mengenakan pakaian dulu, tapi aku tetap menutup
badanku dengan selimut yang disediakan dekat
perapian karena walau bagaimanapun aku masih
ada sedikit perasaan risi bertelanjang bulat di depan
sahabat laki-lakiku. Yanto ternyata sangat kaget
waktu mengetahui aku tidak memakai kontrasepsi
dan sangat menyesal sudah mengeluarkan
spermanya di dalam tubuhku. Aku coba tenangkan
dirinya bahwa akulah yang menginginkan dia
berejakulasi di dalam tubuhku, lagi pula selama ini
baik mantan suamiku maupun dosen
pembimbingku selalu mengeluarkannya di dalam
dan aku hanya bisa hamil di tahun pertama
pernikahan kami.
Aku juga ceritakan bahwa baru dengan Yanto aku
bisa dua kali mengalami orgasme dalam sekali
bersetubuh sampai aku merasa kepayahan, padahal
sebelumnya hanya kadang-kadang saja bisa sampai
orgasme. Yanto bilang bahwa dia selalu berusaha
mendahulukan pasangan-pasangannya mendapat
orgasme duluan, minimal sekali, sebelum dia
berejakulasi. Waktu aku balik tanya memangnya
sudah pernah meniduri berapa wanita, dia hanya
nyengir saja. Sekejap ada perasaan cemburu
mengetahui bahwa aku bukan perempuan satu-
satunya selain istrinya yang dia tiduri, tapi aku
berusaha redam perasaan itu karena tujuan
hubungan kami bukan seperti itu.
Yanto kemudian memintaku untuk bersedia
melakukan variasi hubungan anal dengannya, aku
sempat kaget dan menolak permintaannya. Apalagi
bila mengingat sakitnya liang duburku waktu dia
memasukkan jari tangannya, apalagi kalau penisnya
yang besar dan keras itu ? Tapi waktu aku melihat
pandangan memohonnya, hatiku menjadi luluh dan
bilang ke dia bahwa aku tidak mau sering-sering
melakukannya karena takut bentuk anusku berubah
drastis.
Kami kemudian sempat tertawa-tawa waktu
membahas tentang peristiwa tertangkap basah oleh
Mamang penjaga rumah sedang bersetubuh secara
langsung akibat lolongan dan jeritan erotisku. Aku i
memang dikenal oleh orang lain sebagai orang yang
kalem sehingga kalau sampai menjeri-jerit tentu saja
akan mengagetkan mereka. Aku yakinkan Yanto
bahwa akan bisa mengatasi Mamang penjaga
rumah supaya tidak menceritakan kejadian ini
kepada keluargaku atau orang lain. Aku cuma
menyesal Mamang itu sudah melihat tubuh
telanjangku dalam posisi dan ekspresi yang sangat
merangsang pikiran laki-laki.
Setelah hampir dua jam beristirahat, aku berkata
kepada Yanto bahwa aku belum melihat bentuk
persisnya penis dia saat ereksi karena ketika tadi
sedang ereksi hampir selalu berada dalam vaginaku.
Yanto balas menjawab bahwa dia juga tidak sempat
memperhatikan dengan teliti bentuk vaginaku, oleh
karena itu dia mengajak aku untuk langsung
melakukan foreplay saja dengan posisi 69.
Dengansedikit tersipu aku sempat balik bertanya
tentang apa yang dimaksud posisi 69 karena soal
teknik seks aku sangat awam.
Akhirnya kami mulai melakukan posisi 69 itu
dengan aku berada di atas karena benar-benar ingin
melihat biangnya rasa nikmatku tadi. Ternyata
memang diameter penisnya Yanto sangat besar saat
ereksi walaupun biasa saja panjangnya. Tetapi yang
istimewa adalah tonjolan urat-urat pembuluh darah
yang mengelilinginya sepeti ulir sekrup yang
membuat gesekan pada dinding vaginaku lebih
terasa nikmat.
Tak lama kemudian kami mulai bergumul lagi
dengan berahi yang lebih panas karena
melakukannya dengan kesadaran penuh bukan lagi
karena reaksi spontan seperti sebelumnya. Aku
mengambil posisi di atas dia sehingga bisa
mengendalikan bagian mana saja dari liang
senggamaku yang ingin di sentuh penisnya.
Sedangkan Yanto sendiri selain meremas buah
dadaku dan menghisap putingnya, juga
mempermainkan kelentitku dengan jari-jarinya.
Akhirnya aku mencapai orgasme pertama yang
sangat nikmat sekaligus lelahkan untuk babak ke dua
ini.
Yanto kemudian menagih janjiku untuk
berhubungan secara anal sesaat setelah orgasme
pertamaku, sehingga aku kembali dalam posisi
menungging. Sekarang penis Yanto langsung
masuk ke liang duburku setelah dibasahi dulu
dengan cairan vaginaku yang menetes. Aku benar-
benar merasa kesakitan yang luar biasa saat
penisnya masuk ke dalam lubang duburku yang
ototnya masih kaku. Bahkan aku sempat menjerit
jerit kesakitan sebelum akhirnya mulai merasakan
nikmatnya hubungan anal bahkan bisa sampai
mendapat orgasme walaupun tidak hebat penetrasi
di vagina.
Setelah orgasme keduaku pada anal, Yanto kembali
menyetubuhiku secara konvensional sampai aku
mencapai orgasme ketiga padahal Yanto belum juga
mendapat ejakulasinya . Saat itu aku benar-benar
sudah kepayahan menerima serbuanny sehingga
akhirnya aku terpaksa memohon untuk berhenti
karena vaginaku sudah seperti hampir mati rasa.
Dengan penuh pengertian Yanto menghentikan
aktivitasnya walaupun terlihat ada rasa kecewa di
matanya.
Karena hari sudah menjelang malam, setelah
beristirahat sebentar sambil berciuman, kami
bersiap-siap untuk kembali ke Bandung. Sebelum
pulang aku berwanti-wanti kepada Mamang penjaga
rumah supaya tidak perlu bercerita tentang apa
yang dilihatnya karena kami melakukannya sebagai
orang dewasa yang saling membutuhkan dan saling
suka satu sama lainnya. Si Mamang bilang dia
mengerti sebagai janda tentunya aku butuh laki-laki
yang menemani saat kesepian.
Dalam perjalanan pulang aku menawarkan ke Yanto
untuk melakukan seks oral di mobil sambil berjalan
sampai dia bisa ejakulasi. Aku menawarkan itu
karena merasa bersalah telah menyia-nyiakan
sahabatku yang telah memberikan kenikmatan yang
bertubi-tubi ditambah beberapa petualangan seks
yang sangat baru buatku termasuk juga
petualangan kepergok Mamang yang mendebarkan.
Yanto tentu saja menyambutnya dengan antusias
dan dia memintaku untuk melepas BHku supaya
sambil di oral dia bisa membalas dengan permainan
tangannya pada buah dadaku.
Dengan nekat aku lalu mencopot BHku saat mobil
berjalan yang artinya aku harus melepas kaosku
dahulu sebelum melepaskan BHnya itu. Sebuah
mobil sempat memberi lampu jauh saat aku
bertelanjang dada, aku tidak tahu apakah
pengemudinya sempat melihat kondisiku saat itu.
Dengan sabar aku mulai melakukan seks oral
sedangkan Yanto mengemudikam mobil Audi A4
Triptroniknya hanya dengan satu tangan saja karena
tangan kirinya dipakai untuk memainkan buah
dadaku. Aku sempat bergurau bahwa penisnya dia
sangat “yummie” sehingga tidak membosankan
untuk dikulum dimulut atau digesek-gesek di vagina.
Sekarang aku mengerti kenapa Yanto mau
bersusah-susah memainkan buah dadaku sambil
mengemudi karena ternyata rangsangannya pada
buah dadaku itu membuatku banyak melakukan
gerakan spontan pada mulutku saat mengulum
penisnya yang membuatnya merasa lebih nikmat.
Walaupun aku sudah berusaha maksimal, tapi Yanto
belum saja berejakulasi padahal sudah dekat
rumahku. Tepat ketika mobilnya sudah berhenti di
depan pintu pagar rumahku, Yanto tiba tiba
menekan kepalaku dengan kedua tangannya sampai
batang penisnya amblas menyodok masuk ke
kerongkonganku dan ….
CRUT…CRUT…CRUT …CRUT … penisnya
memuntahkan air mani yang sangat banyak yang
terpaksa aku telan langsung ke perutku
“Aaaaahhhh ….” Kudengar suara Yanto mengerang
nikmat
Aku coba berontak karena hampir tidak bisa
bernafas, tapi Yanto hanya melonggarkan sedikit
tekanan tangannya
Crut …crut …crut …crut … masih ada beberapa
semprotan lagi yang keluar dari penisnya
berceceran di dalam rongga mulutku, malah ada
beberapa yang menempel di bibir, pipi dan
hidungku.
Ketika aku bangun dari pangkuan Yanto, aku lihat si
Bibi sedang membuka pintu pagar dan anakku
menunggu di pintu garasi. Dengan terburu-buru
aku menyambar tisu yang disodorkan oleh Yanto
yang sedang tersenyum nakal. Aku hanya sempat
menghapus mukaku sekenanya karena takut anakku
datang mendekat dan melihat penisnya Yanto yang
tetap mengacung setelah ejakulasi. Saat aku turun
dari mobil malah aku lupa membawa BHku yang
ada di jok belakang.
Waktu aku mencium anakku, dia sempat
berkomentar kenapa mamanya lengket-lengket dan
mulutnya rada ada bau amis.
Yanto memang memberiku banyak petualangan
seks yang tidak pernah aku bayangkan sampai
umurku yang bisa dibilang matang ini walaupun
frekuensi pertemuan kami tidak terlalu sering. Aku
hanya berhubungan badan dengan dia saat aku
benar-benar membutuhkannya atau karena Yanto
memang memintanya. Aku ingin tetap hubungan
kami hanya sebagai sahabat karena hubungan
persahabatanku dengan Yanto jauh lebih berharga
dari pada kebutuhanku mencari pasangan hidup.
Setiap kali berhubungan badan aku selalu
memaksanya untuk ejakulasi di dalam, aku tidak
mau ejakulasinya di luar ataupun memakai kondom
walaupun dia sangat khawatir karena merasa
spermanya sangat subur. Akhirnya kekhawatiran
Yanto terbukti karena kemudian aku hamil, bahkan
sampai mencapai usia 10 minggu janin yang aku
kandung. Asalnya aku tidak percaya sampai
diperiksa oleh temanku sesama dokter dengan
menggunakan alat USG. Karena hubunganku
dengan Yanto belum mencapai 3 bulan, berarti janin
itu berasal dari hubungan seks kami yang awal-
awal.
Dengan umur kandungan yang sudah besar,
akhirnya aku minta tolong temanku untuk
merekomendasikan dokter koleganya di luar kota
untuk membantu menggugurkannya. Aku tidak
mau di kuret di kotaku karena dapat menimbulkan
kehebohan besar.
Dengan pengalaman ini akhirnya aku berinisiatif
pasang IUD sehingga Yanto tetap bisa leluasa
berejakulasi di dalam tubuhku seperti keinginanku.
Petualanganku denga Yanto akhirnya terhenti setelah
dua tahun ketika ada dokter yang melamarku dan
memboyongku ke luar kota. Bukannya aku tidak
ingin setia pada suamiku yang baru, tapi sebenarnya
aku sering merindukan belaian keintiman khas Yanto
mengingat dasar hubungan seks kami yang
istimewa. Walaupun dia selalu menjawab
komunikasi dariku, tapi dia tidak pernah lagi
memintaku untuk melayaninya seperti yang dulu dia
lakukan kalau dia sedang membutuhkan seks.
Padahal tinggal dia minta, aku pasti pergi ke kotanya
dengan cara apapun hanya untuk melayani
kebutuhannya. Tapi kalau kebetulan aku tahu dia
sedang ada di kotaku, Yanto tidak pernah menolak
kunjunganku ke hotelnya untuk melepas rindu akan
siraman air maninya.


Adult | GO HOME | Exit
1/3659
U-ON

inc Powered by Xtgem.com